KEDIRI – Jembatan Jongbiru bagaikan katalisator bagi bangkitnya perekonomian, bagi warga Desa Jongbiru dan sekitarnya. Kehadiran jembatan ini tidak hanya memperlancar akses warga, tetapi juga menghidupkan kembali aktivitas di sekitar area jembatan. Para pelaku UMKM kembali bermunculan dihiasi senyum kebahagiaan.
Ada kisah menarik pula terkait berhentikan jasa penyeberangan, sempat beroperasi sering rusaknya jembatan ini pada tahun 2017. Sukarji merupakan warga setempat, dulu membuka jasa penyeberangan, kini telah berusia senja.
Dari penghasilan yang didapat, mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan bahkan membesarkan keempat anaknya, kini semua telah lulus sekolah. Saat ini, Sukarji memilih membantu sang istri usaha warung makan, telah berdiri sejak 2012.
“Dulu saya menjalankan tambang perahu penyeberangan. Sekarang saya tidak bekerja, sudah tua juga, tapi kalau ada pekerjaan ringan saya mau,” ujar Sukarji mengenang masa-masa kejayaannya.
Sukarji berbagi kenangan manis saat tambang perahu masih ramai. Ketika Jembatan Jongbiru ambruk, omset penyeberangan perahu per bulan bisa mencapai jutaan rupiah. Namun, seiring berjalannya waktu, hanya tersisa dua operator yang bertahan, termasuk dirinya dan rekannya, Sunarko.
“Dulu saya menarik biaya 3 ribu rupiah sekali menyeberang. Perahu saya bisa mengantar 25 orang sekaligus. di wilayah Jongbiru ada dua tambang perahu, dan yang sebelah barat itu punya orang Jongbiru. Sekarang orangnya meninggal, dan saya dulu buka-nya bersama orang Jabon,” kenang Sukarji.
Seiring telah normal dan kini dipenuhi lalu lalang segala jenis kendaraan. Apalagi jembatan dipersolek dengan hiasan lampu terlihat indah di malam hari. Hal inilah salah satu alasan warga setempat, disebutkan membawa perubahan positif.
Sambil tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, Mamba’atul Khoirun, pemilik warung nasi pecel Mega Putri. Menyampaikan ucapan bersyukurnya.
“Alhamdulillah, dengan adanya jembatan, omset jualan saya naik. Pengguna jalan terlihat senang sekali, semoga ke depannya bisa bertahan, dan semoga penjual UMKM lainnya juga jualannya bisa lancar,” ujar Mamba’atul dengan penuh harap.
Warung Mamba’atul menawarkan berbagai menu khas seperti es campur, nasi pecel, rawon, soto, dan penyetan terong tempe. Kini setiap hari, dia mengaku bisa menghabiskan sekitar 20 kilogram beras untuk melayani pelanggan.
Jurnalis : Faustav Imaniarta Wijaya Editor : Nanang Priyo Basuki