Site icon kediritangguh.co

Jelang 9 Tahun, GMPK Gelar Seminar Bangun Negeri, Bersatu Melawan Korupsi

JAKARTA – Seminar Nasional digelar secara online “Bangun Negeri, Bersatu Melawan Korupsi!” digelar Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK) menjelang 9 tahun berdirinya lembaga ini, pada 9 Desember silam. Sejumlah acara dipersiapkan mulai dari turun ke sejumlah daerah dan puncaknya akan digelar rapat kerja nasional.

Sesuai tema besar, Refleksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, menghadirkan pembicara,  Prof. Dr. Haryono Umar, Ak, MSc., C.A.  dan Dr. Moch. Jasin, M.M., M..H., PIA., Ph.D. merupakan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi di era 2007-2011. Komjen Pol. (Purn.) Drs. Susno Duadji, S.H., M.Sc. mantan Kabareskrim Polri era 2008-2009 dan Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, M.A., merupakan tokoh perempuan, penulis serta aktivis HAM dan demokrasi.

Selaku moderator dan penggagas acara ini, Abd. Aziz, S.H., S.Pd.I., M.Pd. yang sehari-harinya menjabat Sekjen DPP GMPK mengajak semua pihak, untuk membangun negeri dengan berani jujur, peduli dan disiplin. Dalam kata pengantarnya, Ketua Umum GMPK, Irjen Pol (Purn.) Dr. Bibit Samad Rianto, M.M. yang juga Komisioner KPK era 2009-2011 menyampaikan ucapan terima kasih telah berdirinya sejumlah kepengurusan di Indonesia.

“Bahwa kita semua masih bergabung dan eksis selama 9 tahun ini. GMPK bermula untuk mengajak bangsa ini memerangi korupsi bersama-sama. Telah berdiri 133 DPD di tiap kota dan kabupaten. Tugas kita mengamati tentang kasus korupsi dengan menerapkan pikiran, perkataan dan perbuatan harus sinkron. Bila dulu istilah Bung Karno membangun bangsa dengan perkataan dan perbuatan, maka kita tambahi pikiran,” jelas Bibit Samad Rianto.

Ketua umum menginggatkan, bahwa keberadaan pengurus GMPK bukanlah sebagai penyidik. Namun sebatas melakukan monitoring dan memperbaiki penegakkan lembaga terindikasi terjadi tindak pidana yaitu korupsi. “Semula saya mendirikan pusat kajian ilmu Kepolisian saat menjadi Rektor Universitas Bhayangkara. Namun kini rektor yang baru telah menambakan menjadi Pusat Kajian Ilmu Kepolisian dan Anti Korupsi,” jelas pria kelahiran Kediri.

Cukup menjadikan dirinya prihatin, diantara, kasus Sambo, bencana saat ini di Cianjur, sebelumnya tragedi Stadion Kanjuruhan. “Dari kejadian ini, permasalahannya tidak hanya korupsi, namun bagaimana kita memperbaiki diri. Semoga kita bisa membangun integritas, memberikan kisi-kisi juga mengadakan pelatihan dengan sasaran kepada publik, privat dan sosial,” imbuhnya.

Bila ketiga sasaran ini telah memahami dan menyatakan siap melawan budaya korupsi, harapannya menjadikan Indonesia lebih baik di masa depan, setelah beberapa kali bangsa ini terkena cobaan. Selaku pembawa acara, Drs. Kusheryuwono, M.Psi yang juga menjabat Ketua Sekolah Kader Bangsa (SKB- WaSalim) Jakarta, menginggatkan perlunya melatihnya kader bangsa yang berkarakter.

Narasumber pertama, M. Yasin menyoroti masih adanya praktik mafia hukum baik di lingkungan Yudikatif, Legeslatif maupun aparat penegak hukum. “Hakim agung, anggota DPR dan polisi apakah gajinya rendah? Bahwa gaji tinggi pun tidak menutup kemungkinan tidak terjadi korupsi. Karena rendahnya pengawasan internal atau eksternal, saatnya penggiat anti korupsi turut mengawasi. KPK sendiri juga bukan malaikat karena ada juga oknum yang terjaring,” ungkapnya.

Narasumber kedua, Musda Mulia menginggatkan perlunya bekal ilmu agama. “Bahwa yang melakukan korupsi hanya mendapatkan ilmu agama secara formal, padahal mereka memiliki pendidikan tinggi hingga profesor dan doktor.  Mereka kekayaannya luar biasa, lalu apa lagi mendorong melakukan korupsi. Namun faktanya masih melakukan korupsi, apa karena hukuman diberikan kurang tinggi atau merasa nyaman saat berada di penjara,” ungkapnya.

Mantan Kabareskrim Polri terlihat tidak mampu menahan kesedihan saat menjadi narasumber. Kalimat diucapkan sarat emosi karena melihat kebobrokan di dunia Kepolisian saat ini. Susno Duadji, mengaku bahwa dirinya awalnya ditahan baru dicarikan masalah pidananya. “Bila sekarang, saya menjadi lebih berani bicara vokal. Apalagi sisa umur saya tinggal berapa tahun lagi. Namun bangsa dan negara ini harus dijaga agar tidak terjadi lagi kasus korupsi,” terangnya.

Kemudian narasumber berikut, Haryono Umar menggambarkan bahwa negara ini sakit dan penyakit tersebut telah menyebar ke daerah. “Saya perumpamakan seperti penyakit kolesterol, asam urat serta sakit lainnya. Banyak penyakit di daerah, mari kita bantu memberikan solusi agar GMPK eksis dan memberikan kontribusi. Nanti mulai Desember, saya siap mulai turun ke daerah,” jelasnya.

Sempat dibuka ruang dialog dengan seluruh pengurus GMPK se-Indonesia dan penggiat anti korupsi. Dalam kata penutupnya di seminar nasional ini, Bibit Samad Rianto menginggatkan kembali. “Korupsi itu apa? Bagai gunung es, dengan empat unsur di dalamnya, niat, kesempatan, kemampuan dan sasaran. Ini harus kita garap untuk membangun sistem bebas dari korupsi serta membangun manusia berintegritas,” tegasnya.

Editor : Nanang Priyo Basuki
Exit mobile version