KEDIRI – Revitalisasi sistem keamanan lingkungan (siskamling) menjadi sorotan utama dalam Sarasehan Sinergitas Tiga Pilar Kecamatan Kota Kediri 2025 yang digelar di Ruang Joyoboyo, Balai Kota Kediri, Rabu (10/9). Agenda ini hadir sebagai langkah nyata pasca insiden keamanan yang sempat mengguncang rasa tenteram warga, sekaligus mengajak masyarakat kembali merajut kebersamaan menjaga lingkungannya.
Hadir dalam forum ini jajaran pimpinan daerah, mulai dari Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati, Camat Kota Bagus Hermawan, Kapolsek Kediri Kota Kompol Ridwan Sahara, Danramil 0809/01 Kapten Inf. Johar Mustofa, Ketua FKUB Kota Kediri H.M. Salim, hingga Ketua IPSI Kota Kediri Drs. Siswanto, bersama seluruh lurah se-Kecamatan Kota. Kehadiran berbagai elemen ini menjadi simbol kuatnya kolaborasi antara pemerintah, aparat, tokoh masyarakat, dan warga dalam mengembalikan suasana aman dan kondusif di Kota Kediri.
Dalam sambutannya, Wali Kota Kediri menegaskan bahwa menjaga keamanan bukan hanya tugas aparat, melainkan tanggung jawab bersama. Menurutnya, kerusuhan yang sempat mencoreng wajah kota menjadi pengingat penting: rasa aman hanya lahir jika seluruh lapisan masyarakat terlibat aktif.
“Ronda malam dan siskamling kini mulai jarang terdengar di banyak wilayah. Padahal dulu pos kamling selalu hidup, bahkan hingga larut malam suara warga berjaga masih terasa. Saya berharap budaya itu kembali kita hidupkan, bukan semata karena kejadian kemarin, melainkan agar menjadi tradisi yang memperkuat persaudaraan antarwarga,” ungkapnya.
Tak hanya soal ronda malam, Wali Kota juga menyoroti pentingnya edukasi menyeluruh terkait isu sosial yang rawan menimbulkan konflik, seperti narkoba, perkelahian antarkelompok, hingga bullying di sekolah. Menurutnya, keluarga, Karang Taruna, dan lembaga pendidikan memegang peran vital dalam menjaga generasi muda dari pengaruh negatif.
Sementara itu, Camat Kota Kediri Bagus Hermawan menekankan bahwa sarasehan ini digelar lebih cepat sebagai wujud respon cepat atas peristiwa anarkis yang sempat terjadi. Ia mengakui, suasana Kediri yang selama ini damai membuat sebagian warga lengah dan mengabaikan ronda malam.
“Selama ini Kediri terasa begitu tenang, seolah tanpa masalah. Namun setelah peristiwa itu, kita tersadar bahwa partisipasi warga dalam menjaga lingkungannya adalah kunci. Karena itu, kami ingin menyalakan kembali semangat siskamling di setiap sudut kota,” ujarnya.
Keterlibatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dalam forum ini juga menunjukkan bahwa menjaga keamanan bukan sekadar tugas aparat, melainkan kerja sama lintas unsur. Pemerintah berharap, dengan sinergi tiga pilar dan dukungan masyarakat, siskamling kembali menjadi budaya bersama yang tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga mempererat ikatan sosial di Kota Kediri.