KEDIRI – Di balik tanah yang tenang di Kabupaten Kediri, tersimpan kisah masa lalu yang megah. Sejak pertama kali ditemukan pada 2007, Situs Tondowongso telah menjadi jendela sejarah yang memikat hati para arkeolog dan pecinta budaya.
Kini, lebih dari satu dekade kemudian, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana berusaha menghidupkan denyut kehidupan dipompa ke situs Hindu kuno ini lewat ekskavasi lanjutan bersama tim arkeolog dari Padma UGM Yogyakarta, yang akan berlangsung hingga 29 Agustus 2025.
Bukan sekadar penelitian, langkah ini juga menjadi pijakan penting untuk menghadirkan Tondowongso sebagai destinasi wisata bersejarah unggulan di Kediri.
“Situs ini milik masyarakat Kediri. Kami ingin memberdayakannya agar bisa memberikan manfaat luas. Karenanya, pengembangan destinasi wisata tidak harus menunggu penelitian selesai,” ujar Kepala Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan (Jakala) Disparbud Kediri, Eko Priatno Triwarso, saat ditemui di lokasi, Senin (25/8).
Mengupas Lapisan Waktu
Pada tahap awal, tim ekskavasi tengah fokus menggali kembali struktur candi induk, tiga candi perwara, serta gapura kuno yang terkubur dalam tanah. Pekerjaan ini disebut sebagai proses “mengupas” lapisan tanah, ibarat membuka lembaran buku tua yang telah lama tertutup debu sejarah.
Tak berhenti di sana, Pemkab Kediri juga berencana membangun cungkup pelindung agar bangunan candi tetap terjaga.
“Setelah cungkup selesai, orang bisa langsung menyaksikan bentuk asli Candi Tondowongso dengan jelas,” tambah Eko.
Jejak Mataram Kuno di Bumi Kediri

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Situs Tondowongso berasal dari sekitar tahun 1006 Masehi, masa transisi Mpu Sendok hingga Dharmawangsa Teguh, jauh sebelum kejayaan Kerajaan Kadiri. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu peninggalan penting dari Mataram Kuno.
Sejumlah penemuan berharga memperkuat narasi sejarah ini. Beberapa artefak penting yang berhasil diungkap antara lain:
-
2006: Arca Siwa Catur, Surya, dan Candra.
-
2007: Arca Durga Mahesasuramardini, Nandi, Yoni, fragmen arca, Mahakala, hingga Arca Dewa Surya dan Candra.
-
2009: Runtuhan gapura Paduraksa.
Kini, semua artefak tersebut tersimpan rapi di Museum Kabupaten Kediri, menjadi saksi bisu atas keagungan leluhur.
Dari Reruntuhan Menuju Destinasi Wisata
Dengan luas area sekitar 9.700 meter persegi, Situs Tondowongso diyakini masih menyimpan banyak misteri yang menunggu untuk terkuak. Ekskavasi ini bukan hanya sebatas penggalian, tetapi juga langkah awal menjadikan situs ini ruang belajar, wisata, sekaligus kebanggaan masyarakat Kediri.
Bila seluruh rencana berjalan mulus, Tondowongso bukan lagi sekadar nama dalam buku sejarah, melainkan destinasi wisata budaya yang mampu menyedot perhatian wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Sebuah jendela masa lalu kini kembali dibuka, membawa kita menyelami jejak kejayaan Hindu-Buddha di tanah Jawa. Dan Kediri, dengan segala warisan peradabannya, bersiap menorehkan babak baru dalam pariwisata sejarah Indonesia.
jurnalis : Neha Hasna Maknuna