KEDIRI – Selain sering blusukan, sosok Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana terbukti sosok yang rendah diri. Hal ini dikatakan Kepala Desa Jambu Kecamatan Kayen Kidul, Agus Joko Susilo saat dikonfirmasi Senin (23/01). Saat orang nomor satu di Kabupaten Kediri ingin secara tiba-tiba datang ke lokasi usaha kebun bibit, Minggu kemarin. Tak selang lama, datang rombongan dari Jakarta juga berniat menemuinya.
“Jadi saat itu saya tengan ngobrol sama Bup. Sementara Mbak Chica (istri bupati, red) melihat kebun bibit. Kemudian ada tamu setelah melihat youtube milik saya terkait bibit alpukat. Setelah memperkenalkan diri, dia kemudian meminta ijin untuk foto bersama,” ucap Agus Joko Susilo.
Tidak tahu bahwa orang yang disuruhnya adalah Bupati Kediri, tamu diketahui bernama Indra ini kemudian menyerahkan telepon genggam kepada Mas Bup untuk diambilkan foto. Sambil mengiyakan, Mas Bup pun bergegas berdiri. Bahkan beberapakali mengambil foto sambil memberikan hitungan.
Usai foto bersama, kemudian Kades Jambu merupakan pemilik kebun bibit ini. Kemudian menyampaikan kepada tamunya tersebut. Bahwa tadi yang disuruh mengambil foto itu adalah Bupati Kediri. “Mas Indra, yang dimintai tolong mengambil foto tadi adalah Mas Bupati kami,” ucapnya.
Sontak saja Indra kaget dan dia pun bergegas mengambil telepon genggam dari saku celananya dan kali ini giliran minta foto bersama dengan Mas Bup. “Waktu Mas Bup datang saya juga tidak tahu, tiba-tiba sudah berada di kebun bersama Mbak Chica setelah saya ditelepon anak buah. Memang beberapa hari sebelumnya ajudan telepon, kabarkan Mas Bupati ingin melihat alpukat jenis kelud,” jelas Kades Jambu.
Diketahui bersama, bahwa Alpukat Kelud ini telah menembus pasar nasional. Sebagai bentuk apresiasi, Mas Bup mematenkan produk ini dengan didaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). “Saya juga tidak tahu, tiba-tiba Mas Bup menyampaikan jika Alpukat Kelud telah didaftarkan hak paten. Sebelumnya hanya sekedar ngobrol biasa dan bisa berjam-jam bila bicara pertanian jika diskusi dengan beliau,” terangnya.
editor : Nanang Priyo Basuki