foto : Sigit Cahya Setyawan

25 Tahun Mengabdi Budaya, Nur Kayadi dan Joko Blawong Jadi Ikon Kesenian Lirboyo

Bagikan Berita :

KEDIRI – Semangat pelestarian budaya terus menyala dalam diri Nur Kayadi, pria asal Lingkungan Karangsono, Kelurahan Lirboyo. Sejak 1999, ia menjadi tokoh sentral di balik lahirnya kelompok kesenian jaranan “Joko Blawong”, yang kini telah menjelma menjadi ikon kebanggaan Kota Kediri.

Kisah awalnya sederhana namun sarat makna. Saat itu, Karang Taruna di lingkungannya kehilangan wadah ekspresi budaya. Berangkat dari keresahan itu, Nur memutuskan membentuk kelompok jaranan sebagai ruang kebersamaan dan pelestarian nilai-nilai tradisional.

“Dulu di lingkungan tidak ada kesenian sama sekali. Karang taruna ingin guyub rukun, akhirnya saya bentuk kelompok jaranan,” kenang Nur saat ditemui di sela Inggil Heritage Festival, Sabtu lalu.

Namun Joko Blawong bukan sekadar pertunjukan seni jalanan. Bagi Nur, jaranan adalah misi hidup untuk merawat kebudayaan Jawa yang kian tergerus zaman.

“Dari dulu niat saya cuma satu, menguri-uri budaya Jawi. Ini asli dari Lirboyo dan harus terus dijaga,” tegasnya.

Hingga kini, seluruh anggota Joko Blawong merupakan warga asli Lirboyo, berjumlah sekitar 40 orang. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa UNP dan Polinema, buruh pabrik, hingga warga setempat yang memainkan alat musik tradisional seperti gambuh.

Perjalanan Joko Blawong juga sudah menembus berbagai kota di Jawa Timur. Dari hanya tampil di lingkungan sekitar, kini mereka telah diundang tampil di Probolinggo, Tuban, Bojonegoro, hingga Boyolali.

“Alhamdulillah, sekarang ke mana-mana siap tampil. Awalnya hanya keliling Kediri, sekarang sudah pentas keluar kota,” ujar Nur bangga.

Dalam satu bulan, mereka rata-rata tampil dua kali, dan bisa lebih saat musim hajatan atau event khusus. Latihan rutin digelar dua minggu sekali, dan menjadi mingguan ketika ada jadwal pentas, biasanya setiap malam Jumat.

Nama “Joko Blawong” sendiri memiliki makna filosofis, yakni “sembarang tadah” – mencerminkan keterbukaan untuk berkolaborasi dan berkreasi tanpa batas. Usia kelompok ini kini telah mencapai 25 tahun, dan semakin kokoh menancapkan akar sebagai pelestari budaya lokal.

“Alhamdulillah, sekarang jaranan sudah jadi ikon Kota Kediri. Harapan saya, ke depan butuh dukungan dari semua pihak agar warisan budaya ini tidak pudar,” harap Nur penuh semangat.

Dengan dedikasi dan komitmen yang tak surut meski zaman terus berubah, Nur Kayadi dan Joko Blawong menjadi simbol nyata bahwa warisan budaya bukan sekadar kenangan masa lalu, tetapi kekuatan hidup yang terus tumbuh bersama masyarakatnya.

jurnalis : Sigit Cahya Setyawan
Bagikan Berita :